Blogger Widgets
Selamat Datang Ke Laman Mr.S... Semoga Anda Bergembira Dalam Melayari Blog ini... Jangan lupa Follow, Like, Share Dan Comment ye!! ^_^ Terima Kasih!!!

Saturday 3 March 2012

Ibuku Seorang Pembohong


Assalamualaikum =)

Apa khabar sahabat semua? Sihat? Moga-moga semua sihat lah ye. Mr.S rasa macam dah lama Mr.S tak update entry dalam blog ni. Mungkin sebab dah nak dekat final, study makin tough, itu yang Mr.S tak update apa-apa kot. Tapi hari ni Mr.S baru dapat ilham nak share sesuatu dekat korg semua.

"Ibuku Seorang Pembohong". Ya, itulah kisah yang Mr.S rasa sesuai untuk dishare pada kali ini. Siapa sangka ibu kita sendiri telah membohongi kita. Tapi sedarlah kawan-kawan, seorang ibu tak akan membohongi anaknya demi kebaikan anaknya sendiri.

Kisah sedih ini Mr.S diilhamkan oleh rakan Mr.S sendiri daripada laman facebook nya. Agar kisah ini dapat menyedarkan dan mengingatkan kita kepada parent kita semua.

Selamat Membaca ^_^


Ibuku Seorang Pembohong ? 
Sukar untuk orang lain percaya, tapi itulah yang terjadi .
 ibu saya memang seorang pembohong !! 
Sepanjang ingatan saya, sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya .
Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan Anda sekalian .

Cerita ini bermula ketika saya masih kecil .
Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga sederhana .
 Makan minum serba kekurangan .


PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Kami sering kelaparan .
Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan ikan masin satu keluarga .
Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merungut .
Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak .
 Tapi ibu pintar berbohong .
 Ketika makan, ibu sering memberikan nasinya untuk saya .
 Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : “”Makanlah nak ibu tak lapar.”


PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah .
 Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami .
Pulang dari memancing, ibu memasak ikan segar yang mengundang selera .
 Sewaktu saya memakan ikan itu ,
 ibu duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan tadi .
Saya sedih melihat ibu seperti itu .
Hati saya tersentuh lalu memberikan ikan yang belum saya makan kepada ibu .
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. Ibu berkata : “Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan.”


PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah .
 Ibu biasa membuat kuih untuk dijual sebagai tambahan wang saku saya dan abang . 
Suatu saat, pada dinihari lebih kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga dari tidur .
Saya melihat ibu membuat kuih dengan ditemani lilin di hadapannya .
 Beberapa kali saya melihat kepala ibu terangguk karena mengantuk .
Saya berkata : “Ibu, tidurlah, esok pagi ibu kan pergi ke kebun pula.”
 Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, ibu belum ngantuk.”


PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Di akhir masa ujian sekolah saya ,
 ibu tidak pergi menjual kuih seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk memberi semangat kepada saya .
Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari ,
 ibu terus sabar menunggu saya di luar .
 Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya terkumat-kamit berdoa kepada allah agar saya lulus ujian dengan cemerlang .
Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai ,
 ibu dengan segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya .
 Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih kental .
Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh ,
saya segera memberikan cawan saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum. 
Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : “Minumlah nak, ibu tak haus!!


PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan dilahirkan ,
 ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga .
 Ibu bekerja memetik cengkih di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kuih-muih agar kami tidak kelaparan .
 Tapi apalah daya seorang ibu .
 Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah .
 Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, 
seorang tetangga yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang untuk membantu ibu .
Anehnya, ibu menolak bantuan itu .
Para tetangga sering kali menasihati ibu ,
 supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga dan mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga .
 Tetapi ibu yang keras hatinya tidak mengindahkan nasihat mereka .
 Ibu berkata : “Saya tidak perlu cinta dan saya tidak perlu laki-laki.”


PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah tua .
 Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirehat saja di rumah .
Tidak lagi bersusah payah untuk mencari wang .
 Tetapi ibu tidak mahu .
 Ibu rela pergi ke pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. 
Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan wang untuk membantu memenuhi keperluan ibu ,
 pun begitu ibu tetap berkeras tidak mau menerima wang tersebut.
 Malah ibu mengirim balik wang itu ,
 dan ibu berkata : “Jangan susah-susah, ibu ada wang.”


PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelaran sarjana di luar negeri .
Kehidupan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan besar . 
Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang ,
kemudian saya pun bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai sekolah saya di luar negeri .
Dengan gaji yang agak lumayan ,
 saya berniat membawa ibu untuk menikmati penghujung hidupnya bersama saya di luar negeri .
Menurut hemat saya, ibu sudah puas bersusah payah untuk kami .
 Hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan , 
eloklah kalau hari-hari tuanya ibu habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula . 
Tetapi ibu yang baik hati, menolak ajakan saya .
Ibu tidak mahu menyusahkan anaknya ini dengan berkata : “Tak usahlah nak, ibu tak bisa tinggal di negara orang.”


PEMBOHONGAN IBU YANG KELAPAN

Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua .
 Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit barah di leher , 
yang akarnya telah menjalar kemana-mana .
 Ibu mesti dioperasi secepat mungkin .
Saya yang ketika itu berada jauh diseberang samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta .
Saya melihat ibu terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani pembedahan .
Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan .
 Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman ,
 biarpun agak kaku karena terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya .
 Saya dapat melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah menguasai tubuh ibu ,
sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus .
Saya menatap wajah ibu sambil berlinangan air mata .
 Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula pipi dan dahinya . 
Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu dalam keadaan seperti ini .
 Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : “Jangan menangis nak, ibu tak sakit.”



Setelah mengucapkan pembohongan yang kelapan itu ,
 ibunda tercinta menutup matanya untuk terakhir kali .
 Dibalik kebohongannya, tersimpan cintanya yang begitu besar bagi anak-anaknya .
Hingga kini saya diburu rasa bersalah yang amat sangat
 karena biarpun saya mengasihi ibu lebih dari segala-galanya , 
tapi tidak pernah sekalipun saya membisikkan kata-kata sayang ke telinga ibu ,
 sampailah saat ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir .
Ibu, maafkan saya. SAYA SAYANGKAN IBU .


Kita masih beruntung kerana masih mempunyai ibu ayah (bagi sesiapa yang ada la). Kita masih mampu untuk memeluk, mencium dan bermesra dengan mereka. Bersama kita berbaik kepada ibu ayah kita dan jangan sesekali menyakiti hati mereka.

Jadi kepada sesiapa yang mempunyai ibu ayah, walaupun kita jauh dari mata, boleh lah sama-sama kita menelefon mereka sekarang dan berkata, "Ibu/Ayah, saya sayang Ibu/Ayah!". Semoga bermanfaat utuk semua!



Ibu Ayah, I Love You :)



Pesanan Ikhlas Dari Mr.S ^_^




May Allah bless us


Assalamualaikum =)

No comments:

Post a Comment